Kesehatan Digital Remaja: Dampak Screen Time Berlebih terhadap Kualitas Istirahat

 

Perkembangan teknologi digital telah menghadirkan berbagai kemudahan bagi manusia, terutama remaja yang tumbuh di era serba terkoneksi. Smartphone, laptop, dan tablet menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka. Media sosial, gim daring, dan aplikasi hiburan lain telah menjadi sumber interaksi, hiburan, sekaligus pengetahuan. Namun, di balik manfaat tersebut, muncul persoalan baru: screen time yang berlebihan.

Screen time adalah waktu yang dihabiskan seseorang untuk menggunakan perangkat digital dengan layar. Bagi remaja, screen time yang terlalu lama terbukti berhubungan erat dengan masalah kesehatan, terutama kualitas tidur yang menurun. Artikel ini membahas bagaimana screen time berlebih memengaruhi kesehatan digital remaja, khususnya terkait istirahat, serta langkah-langkah untuk mengatasinya.

Screen Time dan Kebiasaan Digital Remaja

Remaja merupakan kelompok pengguna internet terbesar. Menurut laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2023, lebih dari 90% remaja di Indonesia aktif menggunakan internet setiap hari, dengan durasi rata-rata 6–8 jam per hari. Sebagian besar waktu ini digunakan untuk mengakses media sosial, menonton video, bermain gim, atau sekadar berselancar di dunia maya.

Kebiasaan digital ini tidak hanya terjadi pada siang hari, tetapi juga merambah waktu malam. Banyak remaja mengaku masih menggunakan gawai mereka sebelum tidur, bahkan hingga larut malam. Fenomena ini dikenal dengan istilah bedtime procrastination, yaitu menunda waktu tidur karena asyik berselancar di media sosial atau menonton konten digital.

Dampak Screen Time terhadap Kualitas Tidur

Screen time yang berlebihan, terutama di malam hari, memiliki berbagai dampak buruk terhadap kualitas istirahat remaja.

1.       Gangguan Ritme Sirkadian

Layar gadget memancarkan cahaya biru (blue light) yang dapat menekan produksi melatonin, hormon yang berperan dalam mengatur siklus tidur. Akibatnya, otak mengira masih siang dan tubuh menjadi sulit mengantuk, sehingga tidur tertunda.

2.       Penurunan Durasi Tidur

Remaja yang terbiasa menggunakan smartphone hingga larut malam cenderung tidur lebih sedikit. Jika rata-rata remaja membutuhkan 8–10 jam tidur per malam, mereka yang kecanduan gadget sering hanya tidur 5–6 jam. Kurang tidur ini dapat berdampak pada kelelahan, penurunan konsentrasi, serta mudah tersinggung.

3.       Kualitas Tidur Buruk

Selain durasi, kualitas tidur juga terganggu. Notifikasi yang masuk pada malam hari sering membangunkan remaja di tengah tidur. Bahkan, sebagian remaja sengaja menaruh smartphone di samping bantal, sehingga tidur mereka tidak sepenuhnya nyenyak.

4.       Gangguan Mental dan Emosional

Kurang tidur akibat screen time berlebih dapat memperburuk kondisi kesehatan mental remaja. Studi menunjukkan adanya hubungan erat antara kurang tidur dengan meningkatnya risiko depresi, kecemasan, serta menurunnya regulasi emosi.

5.       Penurunan Prestasi Akademik

Tidur yang tidak berkualitas menyebabkan remaja sulit berkonsentrasi saat belajar, mudah mengantuk di kelas, dan menurunkan daya ingat. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menghambat prestasi akademik mereka.

Faktor Pendorong Screen Time Berlebih

Mengapa screen time di kalangan remaja begitu tinggi? Ada beberapa faktor yang menjadi pendorong utama:

1.       FOMO (Fear of Missing Out)

Banyak remaja takut tertinggal informasi atau tren terkini, sehingga mereka terus memantau media sosial meskipun sudah larut malam.

2.       Dopamin Effect

Notifikasi, like, dan komentar di media sosial memicu pelepasan dopamin yang memberi rasa senang sesaat. Hal ini membuat remaja kecanduan dan sulit berhenti menggunakan gawai.

3.       Tekanan Sosial dan Akademik

Selain hiburan, perangkat digital juga dipakai untuk belajar, mengerjakan tugas, dan berkomunikasi dengan teman sekelas. Alasan ini semakin memperpanjang screen time.

4.       Kurangnya Kontrol Diri

Pada masa remaja, kontrol diri belum sepenuhnya matang. Mereka cenderung sulit membatasi diri ketika sudah asyik bermain gawai.

Dampak Jangka Panjang

Screen time berlebih yang mengganggu tidur tidak hanya menimbulkan masalah jangka pendek, tetapi juga jangka panjang. Beberapa di antaranya:

Obesitas: Kurang tidur mengganggu metabolisme tubuh dan meningkatkan risiko kenaikan berat badan.

Gangguan Hormonal: Tidur yang buruk memengaruhi keseimbangan hormon pertumbuhan pada remaja.

Masalah Kardiovaskular: Studi menunjukkan kebiasaan kurang tidur sejak remaja dapat meningkatkan risiko penyakit jantung di masa depan.

Ketergantungan Digital: Remaja berpotensi mengalami kecanduan gawai, yang berdampak negatif pada hubungan sosial dan keterampilan hidup.

Strategi Mengatasi Screen Time Berlebih

 

Mengurangi screen time bukan hal mudah, apalagi bagi remaja yang sudah menjadikan gawai bagian dari gaya hidup. Namun, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan:

1.       Aturan Waktu Digital

Orang tua dan sekolah bisa menerapkan aturan jam “bebas gadget”, terutama 1–2 jam sebelum tidur.

2.       Teknologi Sehat

Mengaktifkan fitur screen time management atau night mode dapat membantu mengurangi paparan cahaya biru.

3.       Rutinitas Tidur yang Konsisten

Membiasakan tidur dan bangun di jam yang sama setiap hari membantu menjaga ritme sirkadian tubuh.

4.       Alternatif Kegiatan Relaksasi

Remaja bisa mengganti penggunaan gadget sebelum tidur dengan membaca buku, menulis jurnal, atau melakukan meditasi ringan.

5.       Peran Keluarga

Orang tua perlu memberi contoh dengan membatasi penggunaan gadget di rumah, misalnya dengan aturan “no gadget in bedroom”.

6.       Pendidikan Literasi Digital

Sekolah bisa memberikan edukasi tentang dampak screen time berlebih, sehingga remaja lebih sadar pentingnya menjaga kesehatan digital.

Kesehatan digital remaja semakin menjadi sorotan di era modern. Screen time berlebih, terutama di malam hari, terbukti menurunkan kualitas istirahat dan membawa dampak buruk bagi kesehatan fisik, mental, dan akademik. Gangguan tidur bukan hanya soal kelelahan, tetapi bisa berimplikasi serius pada perkembangan remaja di masa depan.

Oleh karena itu, kesadaran untuk mengelola screen time harus ditanamkan sejak dini. Keluarga, sekolah, dan masyarakat perlu bekerja sama menciptakan budaya digital yang sehat. Dengan keseimbangan antara penggunaan teknologi dan pola istirahat yang baik, remaja dapat tumbuh sebagai generasi yang cerdas, produktif, dan sehat secara menyeluruh.

Referensi :

 

Cain, N., & Gradisar, M. (2010). Electronic media use and sleep in school-aged children and adolescents: A review. Sleep Medicine, 11(8), 735–742. https://doi.org/10.1016/j.sleep.2010.02.006

Hale, L., & Guan, S. (2015). Screen time and sleep among school-aged children and adolescents: A systematic literature review. Sleep Medicine Reviews, 21, 50–58. https://doi.org/10.1016/j.smrv.2014.07.007

National Sleep Foundation. (2021). Teens and Sleep. Diakses dari https://www.thensf.org

WHO. (2021). Adolescent sleep health and digital media use. World Health Organization. Diakses dari https://www.who.int

Kementerian Kesehatan RI. (2022). Profil Kesehatan Indonesia 2022. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). (2023). Laporan Survei Penetrasi Internet di Indonesia 2023. Jakarta: APJII.

Twenge, J. M., & Campbell, W. K. (2018). Associations between screen time and lower psychological well-being among children and adolescents: Evidence from a population-based study. Preventive Medicine Reports, 12, 271–283. https://doi.org/10.1016/j.pmedr.2018.10.003

Kompas.com. (2023). Screen Time Berlebihan Bisa Ganggu Tidur Remaja. Diakses dari https://www.kompas.com


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama